LAPORAN
PRATIKUM BIOKIMIA
PERCOBAAN EMULSI
PERCOBAAN EMULSI
Oleh
Darius Dare
NIM.201453005
LABORATORIUM
AGROKLIMATOLOGI
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
PAPUA
MANOKWARI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan satu-satunya zat di alam yang terdapat dalam tiga fase,
yaitu padat, cair dan gas. Air merupakan bahan yang sangat penting bagi
kehidupan manusia dan fungsinya tidak pernah tergantikan oleh senyawa lain.
Dalam kehidupan manusia air mempunyai peranan penting sebagai penstabil suhu
tubuh, pembawa sari-sari makanan dan sisa-sisa metabolism, sebagai pereaksi dan
medium reaksi, serta sebagai penstabil pembentukan biopolymer yang bertindak
sebagai fasilitator mobilitas makromolekul termasuk bersifat sebagai
katalisator (seperti enzim).
Air terdiri dari dua ato Hidrogen (H) yang
berikatan dengan sebuah atom oksigen (O) melalui dua ikatan kovalen. Ikatan
kovalen tersebut merupakan dasar bagi sifat air yang penting, misalnya kemampuan
air sebagai pelarut.
Adanya
sifat fisik dan kimia yang berkaitan dengan daya larut dan mudahnya mengikat
unsure-unsur lain menyebabkan komposisi kimia air tidak hanya terdiri dari
unsure hydrogen dan oksigen, tetapi juga terdapat unsure-unsur lainnyaseperti
kalsium, nitrogen, magnesium dan lain-lain.
Kemampuan dalam membentuk larutan inilah yang memberikan sifat-sifat
yang spesifik dari air.
Larutan dalam air dapat digolongkan menjadi
dua jenis, yaitu yang ionic maupun molekuler. Molekul-molekul atau ion-ion di
dalam larutan disebut bahan terlarut (solute) dan cairan dimana bahan tersebut
terlarut sebagai pelarut (solvent).
Beberapa bahan kimia dalam
makanan tidak dapat membentuk suatu larutan, tetapi hanya terdispersi dalam
air. Dispersi tersebut membentuk suatu system terbantung besarnya partikel
terlarut (solute). Apabila solute begitu besar atau begitu kompleks sehingga
tidak dapat larut maka system tersebut disebut suspensi dan bila solute lebih
besar daripada molekul solute pada larutan tetapi lebih kecil dari suspense
maka disebut koloid.
Dalam bentuk disperse koloid,
partikel-partikel dalam air bentuknya tidak begitu besar, sehingga tidak
mengendap, tetapi juga tidak begitu kecil untuk membentuk suatu larutan. Hamper
semua makanan dan komponennya seperti lemak, protein dan karbohidrat berada
dalam system koloid. Kebanyakan komponen dari organisme hidup seperti enzim,
darah, dan cairan tubuh, urat, tulang, kulit dan rambut semuanya terlibat dalam
system koloid.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
Untuk
mengetahui sifat emulsi dari larutan dan zat-zat yang dapt berperan sebagai
emulsifier.
BAB II
TINJAUAN PUSATAKA
2.1
Definisi Emulsi
Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu
cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika
minyak yang merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawa,
sistem ini disebut emulsi air dalam minyak. Sebaliknya, jika air atau larutan
air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan
fase pembawa, sistem ini disebut sistem emulsi air dalam minyak.
Emulsi
dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi,
yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu
fase tunggal yang memisah. Bahan pengemulsi (Surfaktan) menstabilkan dengan
cara menempati antar permukaan antara tetesan dan fase eksternal, dan dengan
membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan
juga mengurangi tegangan antar permukaan antar fase, sehingga meningkatkan
proses emulsifikasi selama pencampuran.
Emulsi
adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi
dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang
cocok. Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur,
biasanya air dan minyak, di mana cairan yang satu terdispersi menjadi
butir-butir kecil dalam cairan yang lain.
Dispersi
ini tidak stabil, butir-butir ini bergabung (koalesen) dan membentuk dua
lapisan air dan minyak yang terpisah. Zat pengemulsi (emulgator) merupakan
komponen yang paling agar memperoleh emulsa yang stabil. Sebagai emulgator
agar-agar dilarutkan dulu dalam air panas dan dibiarkan sehari semalam lalu
didihkan lagi. Dalam air dingin agar-agar tidak larut tetapi mengembang dan
larutannya 0,5% agar-agar masih berupa selai.
Digunakan
larutan agar-agar sebagai emulgator, adalah karena viskositas larutannya yang
tinggi, maka itu penggunaannya sebagai emulgator adalah merupakan campuran
dengan emulgator lain seperti, PGA, Span dan Tween, Tragacantha. Setelah dibuat
larutan lalu dibuat emulsi dengan minyaknya dengan diaduk kuat-kuat dengan
mixer (alat pencampur). Semua emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan)
di sekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar
mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispers sebagai fase
terpisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu wemulsi tipe M/A di mana tetes
minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M di mana fase intern adalah air
dan fase extern adalah minyak. Zat pengemulsi adalah P.G.A., Tragacantha,
Gelatin, Sapo, Senyawa Ammonium kwartener, Cholesterol, Surfactan seperti
Tween, Spaan dan lain-lainnya. Untuk menjaga stabilnya emulsi perlu diberi
pengawet yang cocok.
Emulsa dapat dibedakan
dalam:
1. Emulsa Vera (Emulsi
alam) dan
2. Emulsa Spuria (Emulsi
buatan)
Pembuatan
emulsi minyak lemak biasanya dibuat dengan emulgator gom arab, dengan
perbandingan untuk 10 bagian minyak lemak dibuat 100 bagian emulsi. Gom arab
yang digunakan adalah separo jumlah minyak lemak. Sedangkan air yang digunakan
adalah 1,5 x berat PGA.
2.2
Pengertian Minyak
Minyak
adalah istilah umum untuk semua cairan organik yang tidak larut atau bercampur
dalam air ( Hidrofobik) tetapi larut dalam pelarut organi (http:
//id.wikipedia.org/wiki/minyak/). Ada sifat tambahan lain yang dikenal awam :
terasa licin apabila dipegang. Dalam arti sempit, kata minyak biasanya mengacu
keminyak bumi (petroleum) atau produk olahannya : minyak tanah (kerosena).
2.3
Pengertian Deterjen
Deterjen adalah campuran berbagai
bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan
turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan
antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh
kesadahan air. Detergen merupakan garam Natrium dari asam sulfonat
(http//www.chem-is-try.org/materi kimia/kimia-smk/kelas xi/defenisi detergen)
2.4 Tipe Emulsi
Salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama bersifat
polar (sebagai contoh air), sedangkan lainnya relatif non polar (sebagai contoh
minyak).
1.
Bila fase minyak didispersikan sebagai
bola-bola ke seluruh fase kontinu air, sistem tersebut dikenal sebagai suatu
emulsi minyak dalam air (o/w).
2.
Bila fase minyak bertindak sebagai fase
kontinu, emulsi tersebut dikenal sebagai produk air dalam minyak (w/o).
Emulsi yang
dipakai untuk obat luar bertipe o/w atau w/o, ntuk tipe o/w menggunakan zat
penegemulsi disamping beberapa yang dikemukakan tadi yakni natrium lauril
sulfat, trietanolamin stearat.
Untuk memperoleh emulsi yang stabil
perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
1.
Penggunaan zat-zat yang mempertinggi
viskositas
2.
Perbandingan opimum dari minyak dan
air. Emulsi dengan minyak 2/3-3/4 bagian meskipun disimpan lama tidak akan
terpisah dalam lapisan-lapisan
3.
Penggunaan alat khusus untuk membuat
emulsa homogen.
Dikenal
beberapa fenomena ketidakstabilan emulsi yaitu :
1. flokulasi dan
creaming
Ini terjadi
karena penggabungan partikel yang disebabkan oleh adanya energi bebas permukaan
saja. Flokulasi adalah terjadinya kelomok-kelompok globul yang letaknya tidak
beraturan di dalam suatu emulsi. Creaming adalah terjadinya lapisan-lapisan
dengan konsentrasi yang berbeda-beda di dalam suatu emulsi. Lapisan dengan
konsentrasi yang paling pekat akan berada di sebelah atas atau disebelah bawah
tergantung dari bobot jenis fasa yang terdispersi.
2. Koalesen dan
Demulsifikasi
Fenomena ini terjadi bukan karena semata-mata karena
energi bebas permukaan saja, tetapi juga karena tidak semua globul terlapis
oleh film antar permukaan. Koalesen adalah terjadinya penggabungan
globul-globul menjadi lebih besar, sedangkan demulsifikasi adalah merupakan
proses lebih lanjut dari koalesen dimana kedua fasa terpisah menjadi dua cairan
yang tidak bercampur. Kedua fenomena ini tidak dapat diperbaiki dengan
pengocokan.
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator
merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan
suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu
emulgator yang aktif permukaan adalah surfaktan. Mekanisme kerja emulgator ini
adalah menurunkan tegangan antar permukaan air dan minyak serta membentuk
lapisan film pada permukaan globul-globul fasa terdispersinya.
Secara kimia molekul surfaktan terdiri atas gugus polar
dan nonpolar. Apabila surfaktan dimasukkan ke dalam suatu sistem yang terdiri
dari air dan minyak, maka gugus polar akan terarah ke fasa air sedangkan gugus
non polar terarah ke gugus ke fasa minyak. Surfaktan yang memiliki gugus polar
lebih kuat akan cenderung membentuk emulsi minyak dalam air, sedangkan bila
gugus nonpolar yang lebih kuat maka akan membentuk emulsi air dalam minyak.
Oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang kekuatan gugus polar-nonpolar
dari surfaktan. Metode yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi emulgator
yang ditambahkan adalah metode HLB (Hydrophilic-Lipophilic Balance).
BAB III
METODE PRATIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Adapun
waktu dan tempat dilakukannya praktikum ini adalah:
Hari/tanggal:
Senin/ 11 Mei 2015
Waktu :
08.00-10.00 WIT
Tempat
: Laboratorium Agroklimatologi
Fakultas
Pertanian, Universitas Papua, Manokwari.
3.2 Alat dan Bahan
a.
Alat
Adapun
alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu tabung reaksi, dan pipet tetes.
b.
Bahan
Adapun bahan yang
digunakan dalam percobaan ini yaitu minyak, air, air sabun, putih
telur,dan pewarna sudan IV.
3.3 Prosedur Kerja
1.
Emulsi
Minyak dan Air
a.
Isi
dua tabung reaksi dengan air sebanyak 2 ml, kemudian tambahkan minyak dengan
jumlah yang sama (1:1).
b.
Buat
emulsi dengan cara kocok tabung pertama selama 5 menit, lalu kocok tabung kedua
selama 10 menit.
c.
Amati
emulsi yang terbentuk ! Apakah stabil ? Ulangi pengocokan dengan waktu yang
lebih lama.
d.
Untuk
mengetahui komponen minyak pada emulsi, warnailah minyak dengan beberapa tetes
zat warna Sudan IV (merah), kemudian amati.
2. Emulsi Minyak dan Sabun
a.
Isi
dua tabung reaksi dengan air sabun sebanyak 2 ml, kemudian tambahkan minyak
dengan jumlah yang sama (1:1).
b.
Buat
elmulsi dengan cara kocok tabung pertama selama 5 menit, lalu kocok tabung
kedua selama 10 menit.
c.
Amati
emulsi yang terbentuk ! Apakah stabil ? Ulangi pengocokan dengan waktu yang
lebih lama.
d.
Untuk
mengetahui komponen minyak pada emulsi, warnailah minyak dengan beberapa tetes
zat warna Sudan IV (merah), kemudian amati.
3. Elmulsifier
a. Ulangi membuat satu elmulsi yang
dari percobaan A dan B, kemudian tambahkan beberapa tetes putih telur pada
tabung yang berisi elmulsi tersebut.
b. Kocok tabung yang berisi elmulsi
yang ditambahkan putih telur dan yang tidak ditambahkan putih telur selama 5 menit, kemudian amati.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
1.
Pengamatan
emulsi minyak dan air
Tabung
|
Waktu (menit)
|
Bahan
|
Hasil Kelarutan
|
I
|
5
|
Air + minyak kelapa
|
Tidak larut (tidak stabil)
|
II
|
10
|
·
Air + minyak kelapa
·
Air
+ minyak kelapa + pewarna Sudan IV (merah)
|
·
Awalnya
Larut lama-kelamaan akan terpisah (tidak stabil)
·
Pewarna
larut dalam air, tapi tdak larut dalam minyak
|
2.
Pengamatan emulsi minyak kelapa dan air sabun
Tabung
|
Waktu (menit)
|
Bahan
|
Hasil Kelarutan
|
I
|
5
|
Air sabun + minyak kelapa
|
Larut (tidak stabil
|
II
|
10
|
·
Air
sabun + minyak kelapa
·
Air
sabun + minyak + pewarna Sudan IV) (merah)
|
·
Larut
(tidak stabil)
·
Pewarna
dapat larut dalam minyak
|
3.
Pengamatan
Emulsifier
Tabung
|
Waktu (menit)
|
Bahan
|
Hasil Kelarutan
|
I
|
5
|
Air + minyak kelapa + putih telur
|
Emulsi larut/menyatu (stabil)
|
II
|
·
Air
sabun + minyak + putih telur
|
Emulsi larut/menyatu (stabil)
|
4.2 Pembahasan
Emulsi
adalah salah satu campuran yang terdiri dari zat yang tidak tercampur atau
tidak homogen, seperti air dan minyak, pengemulsian adalah zat yang
menstabilkan emulsi yang biasanya berupa protein. Emulsi dapat pula diartikan
sebagai dispersi atau suspensi menstabil suatu cairan lain yang keduanya tidak
saling melarutkan. Supaya terbentuk emulsi yang stabil maka diperlukan suatu
zat pengemulsi yang disebut emulsifier atau emulgator yang berfungsi menurunkan
tegangan permukaan antara kedua fase cairan.
Berdasarkan fase terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu :
a.
Emulsi minyak
dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi di dalam fase air.
b.
Emulsi air dalam minyak,
yaitu bila fase air terdispersi di dalam fase minyak
Adapun pembahasan yang diperoleh pada
pengamatan ini yaitu:
1. Menentukan waktu
pengocokan emulsi mana yang lebih stabil
Berdasarkan pengamatan
dimana emulsi minyak kelapa dan air
dimasukan kedalam dua tabung yang masing-masing berisikan 2 ml, dan emulsi
minyak kelapa dan air sabun dengan perbandingan yang sama yaitu 2 ml. Waktu
pengocokan pada tabung I yaitu 5 menit dan tabung II selama 10 menit. Pada
pengocokan selama 5 menit dimana emulsi
yang dihasilkan tidak stabil (tidak menyatu), sedangkan pada pengocokan selama
10 menit, awalnya air dan minyak menyatu tetapi lama-kelamaan air dan akan
terpisah. Berbeda dengan emulsi yang dihasilkan antara air sabun dan minyak
kelapa, yaitu dimana pada pengocokan selama 10 menit minyak kelapa dapat larut
dalam air sabun. Dari pengamatan ini dapat dilhat bahwa pengocokan selama 10
menit adalah waktu dimana terbentuknya emulsi stabil.
2. Perbedaan
emulsi antara minyak kelapa dalam air dan emulsi minyak kelapa dalam sabun.
Elmulsi yang terjadi pada minyak kelapa dalam air
yaitu emulsi tidak stabil. Dimana posisi air berada dibawah dan minyak kelapa
di bagian atas. Hal ini disebabkan karena massa jenis air lebih besar
dibandingkan massa jenis minyak kelapa, sehingga air cenderung berada dibagian
bawah dan tidak akan menyatu dengan minyak karena minyak bersifat hidrofobik.
Sedangkan emulsi yang terbentuk air sabun dan minyak
kelapa adalah awalnya stabil (larut),
tapi lama-kelamaan akan terpisah, minyak kelapa warnanya berubah menjadi putih,
dan air sabun warnanya berubah menjadi kabur dan berbusa.
3.
Dari
emulsi yang terbentuk, komponen yang membentuk tetesan dan komponen yang
berfungsi sebagai media.
Berdasarkan pengamatan komponen
yang membentuk tetesan adalah komponen minyak sedangkan yang berfungsi sebagai
media adalah air. Hal ini terlihat jelas ketika pewarna sudan IV (merah)
dicampurkan kedalam tabung. Pewarna sudan dapat larut dalam air, sedangkan
dalam minyak tidak dapat larut. Hal ini dapat dikatakan bahwa air dapat berperan
sebagai media.
4.
Pengaruh
dari penambahan putih telur terhadap emulsi yang terbentuk.
Ketika emulsi ditambahkan putih
telur maka emulsi yang terbentuk adalah emulsi stabil. Hal dikarenakan putih
telur berfungsi sebagai elmulsifier yang dapat menstabilkan antara larutan
minyak dan air.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan
yang telah dilakukan penulis dapat menarik kesimpulan yaitu air dan minyak
tidak akan pernah bercampur karena adanya perbedaan massa jenis. Massa jenis
minyak lebih kecil dari pada air, sehingga minyak selalu berada di atas air.
Deterjen/sabun dapat mempersatukan minyak dan air, karena gugus polar pada
deterjen memiliki sifat hidrofil sedangkan gugus nonpolarnya akan menarik
minyak dan mendispersikan ke dalam air, sehingga membentuk sistem koloid.
Pada
pembuatan emulsi pemilihan emulgator yang tepat sangat berpengaruh pada hasil
akhir emulsi. Pemilihan emulgator yang kurang tepat dan dengan perbandingan
yang salah akan menyebabkan emulsi kurang stabil dan mudah pecah (fase air dan
fase minyak terpisah)
5.2 Saran
1. Untuk
menstabilkan emulsi baik antara air dan minyak kelapa maupun antara air sabun
dan minyak kelapa disarankan untuk melakukan waktu pengocokan selama 10 menit.
2. Para pratikan diharapkan mampu menerapkan kedisiplinan dalam
melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Askariawati,
Asni. 2013. Laporan Pratikum Kimia Dasar 1 . http://asniaskariawati.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 15 Mei 2015.
Elda,
Damayanti. 2014.
Laporan Praktek Pembuatan Emulsi. http://eldadamayan.blogspot.com. Diakses pada 15 Mei 2015.
Poedjiadi, Anna. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta:
UI-Press, 1994.
Tim Bokimia Tanaman. 2015. Penuntun Pratikum
Biokimia Pertanian. Jurusan Budidaya Pertanian, FAPERTEK, Universitas Papua,
Manokwari.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar